Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pria maupun wanita memiliki kemampuan yang sama untuk berbuat jahat atau melakukan tindak kejahatan yang bisa bermuara pada proses hukum di pengadilan dan vonis hukuman penjara. Menurut Frances Heidenson yang mengamati perkembangan kejahatan yang dilakukan wanita Amerika, wanita yang masuk penjara jumlahnya terus meningkat dari tahun 1970 sampai saat ini, dan jumlah peningkatannya terkadang melebihi jumlah pria yang masuk penjara . Begitu pula halnya dengan kejahatan di tanah air, akhir-akhir ini kejahatan perempuan semakin meningkat, salah satu contohnya dapat dilihat dari data jumlah narapidana sebanyak 433 orang yang ada di Lapas Wanita Tangerang. Meningkatnya jumlah tersebut juga disertai dengan bervariasinya jenis kejahatan yang mereka lakukan. Pada saat ini mayoritas kejahatan yang dilakukan oleh para napi yang ada di LP ini adalah seputar narkoba, yaitu sebagai pengedar, bahkan bandar atau pemakai. Jenis kejahatan lainnya adalah pembunuhan, jual beli anak, penipuan, penggelapan atau pemalsuan uang, dan banyak jenis kejahatan lainnya.
Kehidupan di balik terali sangatlah rentan dengan gesekan-gesekan emosional yang mudah menyulut kemarahan dan pertengkaran. Karena setiap individu yang tidur di dalam bui menanggung beban yang tidak ringan di dalam jiwanya dan ini berpotensi besar menuju ketidakstabilan atau ketidakmatangan emosi. Walaupun para napi adalah wanita dewasa yang seharusnya memiliki tingkat kematangan emosi tinggi namun permasalahan hidup bisa saja menyebabkan kematangan emosi mereka menjadi terganggu. Pemberian bimbingan agama merupakan sebuah keharusan yang mutlak dilaksanakan setiap Lapas. Karena agama mampu memberikan ketenangan dan kesadaran meskipun secara perlahan ke dalam hati napi. Namun semua ini sangatlah tergantung kepada manajemen Lapas dalam menjalankan program bimbingan. Figur dan kemampuan mengajar ustadzah yang memberikan bimbingan sangat berpengaruh besar terhadap penerimaan bimbingan yang diberikan. Selain itu kelengkapan sarana dan fasilitas penunjang juga memiliki andil dalam membangkitkan respon dan animo napi untuk senantiasa mengikuti bimbingan.
Sehubungan dengan itu maka penelitian ini mengambil pembahasan tentang : pengaruh bimbingan agama terhadap kematangan emosi napi di LP Wanita Tangerang.
Pembatasan masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pelaksanaan bimbingan agama di lingkungan Lapas wanita ini dibatasi pada prosedur pelaksanaan, materi bimbingan, dan pihak yang diajak kerja sama oleh Lapas wanita Tangerang.
2. Tingkat kematangan emosi napi dibatasi hanya pada tingkat kematangan emosi setelah mendapat bimbingan agama.
3. Pengaruh bimbingan agama terhadap tingkat kematangan emosi napi disertai perbedaan pemahaman bimbingan agama dan perbedaan kematangan emosi napi berdasarkan lama masa tahanan.
Sedangkan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “pengaruh bimbingan agama yang diberikan Lapas terhadap kematangan emosi narapidana”.
Sistematika Penulisan
Penulisan dimulai dengan bab I berupa pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi operasional, kajian terdahulu dan sistematika penulisan.
Selanjutnya bab ke dua adalah kajian teori, di dalamnya dibahas tiga poin. Poin pertama adalah bimbingan agama yang mengandung sub poin sebagai berikut : definisi agama, fungsi agama, pengaruh agama terhadap jiwa manusia, urgensi bimbingan agama. Poin ke dua yaitu kematangan emosi yang di dalamnya terdapat subpoin sebagai berikut: definisi emosi, macam-macam emosi, komponen penting emosi, fungsi emosi, kematangan emosi. Subpoin kematangan emosi memiliki tiga subpoin yaitu: definisi kematangan emosi, karakteristik kematangan emosi, faktor yang mempengaruhi kematangan emosi. Poin ke tiga dari kerangka berfikir adalah narapidana wanita yang membahas tentang gambaran umum emosi narapidana dan gambaran umum emosi wanita.
Dilanjutkan dengan bab tiga yang membahas metodologi dan pendekatan penelitian. Dalam metodologi ini akan dikemukakan Definisi Operasional Variabel, Hipotesa Penelitian, Populasi dan sampel, Teknik pengambilan sampel, Prosedur pengambilan data, Instrumen penelitian, Analisa data.
Bab empat mengemukakan tiga poin yaitu poin hasil penelitian, yang memaparkan gambaran umum subjek penelitian, terdiri dari subpoin: sekilas Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang, gambaran umum keadaan narapidana di Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang, gambaran umum responden. Poin ke dua adalah deskripsi hasil penelitian memiliki subpoin deskripsi proses pelaksanaan bimbingan agama di Lapas Kelas IIA wanita Tangerang, deskripsi materi bimbingan agama yang diberikan di Lapas Kelas IIA wanita Tangerang, deskripsi tingkat kematangan emosi napi setelah mendapatkan bimbingan agama, pengaruh bimbingan agama terhadap kematangan emosi wanita dewasa terpidana. Poin yang ketiga adalah diskusi hasil penelitian.
Terakhir adalah bab V yaitu penutup. Dalam penutup ini akan terdapat kesimpulan, implikasi dan saran.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pria maupun wanita memiliki kemampuan yang sama untuk berbuat jahat atau melakukan tindak kejahatan yang bisa bermuara pada proses hukum di pengadilan dan vonis hukuman penjara. Menurut Frances Heidenson yang mengamati perkembangan kejahatan yang dilakukan wanita Amerika, wanita yang masuk penjara jumlahnya terus meningkat dari tahun 1970 sampai saat ini, dan jumlah peningkatannya terkadang melebihi jumlah pria yang masuk penjara . Begitu pula halnya dengan kejahatan di tanah air, akhir-akhir ini kejahatan perempuan semakin meningkat, salah satu contohnya dapat dilihat dari data jumlah narapidana sebanyak 433 orang yang ada di Lapas Wanita Tangerang. Meningkatnya jumlah tersebut juga disertai dengan bervariasinya jenis kejahatan yang mereka lakukan. Pada saat ini mayoritas kejahatan yang dilakukan oleh para napi yang ada di LP ini adalah seputar narkoba, yaitu sebagai pengedar, bahkan bandar atau pemakai. Jenis kejahatan lainnya adalah pembunuhan, jual beli anak, penipuan, penggelapan atau pemalsuan uang, dan banyak jenis kejahatan lainnya.
Kehidupan di balik terali sangatlah rentan dengan gesekan-gesekan emosional yang mudah menyulut kemarahan dan pertengkaran. Karena setiap individu yang tidur di dalam bui menanggung beban yang tidak ringan di dalam jiwanya dan ini berpotensi besar menuju ketidakstabilan atau ketidakmatangan emosi. Walaupun para napi adalah wanita dewasa yang seharusnya memiliki tingkat kematangan emosi tinggi namun permasalahan hidup bisa saja menyebabkan kematangan emosi mereka menjadi terganggu. Pemberian bimbingan agama merupakan sebuah keharusan yang mutlak dilaksanakan setiap Lapas. Karena agama mampu memberikan ketenangan dan kesadaran meskipun secara perlahan ke dalam hati napi. Namun semua ini sangatlah tergantung kepada manajemen Lapas dalam menjalankan program bimbingan. Figur dan kemampuan mengajar ustadzah yang memberikan bimbingan sangat berpengaruh besar terhadap penerimaan bimbingan yang diberikan. Selain itu kelengkapan sarana dan fasilitas penunjang juga memiliki andil dalam membangkitkan respon dan animo napi untuk senantiasa mengikuti bimbingan.
Sehubungan dengan itu maka penelitian ini mengambil pembahasan tentang : pengaruh bimbingan agama terhadap kematangan emosi napi di LP Wanita Tangerang.
Pembatasan masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pelaksanaan bimbingan agama di lingkungan Lapas wanita ini dibatasi pada prosedur pelaksanaan, materi bimbingan, dan pihak yang diajak kerja sama oleh Lapas wanita Tangerang.
2. Tingkat kematangan emosi napi dibatasi hanya pada tingkat kematangan emosi setelah mendapat bimbingan agama.
3. Pengaruh bimbingan agama terhadap tingkat kematangan emosi napi disertai perbedaan pemahaman bimbingan agama dan perbedaan kematangan emosi napi berdasarkan lama masa tahanan.
Sedangkan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “pengaruh bimbingan agama yang diberikan Lapas terhadap kematangan emosi narapidana”.
Sistematika Penulisan
Penulisan dimulai dengan bab I berupa pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi operasional, kajian terdahulu dan sistematika penulisan.
Selanjutnya bab ke dua adalah kajian teori, di dalamnya dibahas tiga poin. Poin pertama adalah bimbingan agama yang mengandung sub poin sebagai berikut : definisi agama, fungsi agama, pengaruh agama terhadap jiwa manusia, urgensi bimbingan agama. Poin ke dua yaitu kematangan emosi yang di dalamnya terdapat subpoin sebagai berikut: definisi emosi, macam-macam emosi, komponen penting emosi, fungsi emosi, kematangan emosi. Subpoin kematangan emosi memiliki tiga subpoin yaitu: definisi kematangan emosi, karakteristik kematangan emosi, faktor yang mempengaruhi kematangan emosi. Poin ke tiga dari kerangka berfikir adalah narapidana wanita yang membahas tentang gambaran umum emosi narapidana dan gambaran umum emosi wanita.
Dilanjutkan dengan bab tiga yang membahas metodologi dan pendekatan penelitian. Dalam metodologi ini akan dikemukakan Definisi Operasional Variabel, Hipotesa Penelitian, Populasi dan sampel, Teknik pengambilan sampel, Prosedur pengambilan data, Instrumen penelitian, Analisa data.
Bab empat mengemukakan tiga poin yaitu poin hasil penelitian, yang memaparkan gambaran umum subjek penelitian, terdiri dari subpoin: sekilas Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang, gambaran umum keadaan narapidana di Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang, gambaran umum responden. Poin ke dua adalah deskripsi hasil penelitian memiliki subpoin deskripsi proses pelaksanaan bimbingan agama di Lapas Kelas IIA wanita Tangerang, deskripsi materi bimbingan agama yang diberikan di Lapas Kelas IIA wanita Tangerang, deskripsi tingkat kematangan emosi napi setelah mendapatkan bimbingan agama, pengaruh bimbingan agama terhadap kematangan emosi wanita dewasa terpidana. Poin yang ketiga adalah diskusi hasil penelitian.
Terakhir adalah bab V yaitu penutup. Dalam penutup ini akan terdapat kesimpulan, implikasi dan saran.
0 Response to " "
Post a Comment