Kisah Renungan dari Nenek Penjual Sapu Ijuk
Kisah Renungan dari Nenek Penjual Sapu Ijuk - Kisah diceritakan oleh seorang teman yang sedang pulang dari acara silaturrahmi pada kerabatnya dan terjadi di Sleman Yogyakarta. Kisah menyentuh ini saya baca dari blog kisahinspiratif.com, dan saya tulis ulang disini dengan bahasa saya semoga saja bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi kita yang membacanya.
Al-kisah ada seorang teman yang baru pulang dari bersilaturrahmi dengan ibunya, pada saat itu mereka melihat enaknya masakan ayam di sebuah warung di sleman, dan berencana untuk membeli ayam tersebut sebagai makan malamnya. Ketika mereka sedang-sedang makannya mereka melihat ada seorang nenek yang berpakaian lusuh dan tidak rapi layaknya seorang pengemis yang duduk disamping warung ayam tanpa alas tempat duduk sambil memegang beberapa (tiga) sapu ijuk ditangannya.
Kawan tadi berpikir bahwa mereka mau memberikan uang senilai Rp.1000 kepada nenek yang lusuh tersebut, namun tak disangka ternyata nenek tersebut menggeleng kepala nya dan sama sekali tidak mau menerima uang pemberian kawan tersebut. Dalam pikirannya terpikir "kok nenek ini tidak mau menerima uang, lantas apanya yang dicari?". Kemudian pemilik warung memberikan pengertian bahwa nenek tersebut bukan pengemis, walaupun pakaiannya seperti itu dan penampilannya bak pengemis. Nenek itu adalah penjual sapu, kemudian ketika kawan tersebut bersama ibundanya membelikan ketiga-tiga sapu menek tersebut dengan harga 1500 per sapu, jadi ibunda itu mengeluarkan uang sejumlah 5000 untuk membelikan sapu tersebut.
Hal yang mengejutkan lagipun terjadi, ketika nenek tersebut tidak ada uang kembalian, dan si ibu mengatakan bahwa "kembaliannya untuk nenek saja". Namun nenek sapu sama sekali tidak mau menerima uang kembaliannya melainkan beranjak dengan susah payah dari tempat duduknya untuk mencari uang kembalian dari penjual ayam diwarung itu.
Sungguh luar biasanya bukan? Seorang nenek yang tidak mau menerima uang secara percuma kecuali hasil dar jerih payahnya. Ini sungguh sebuah potret yang luar biasa dizaman yang serba bergelimang dengan fitnah dewasa ini, tetapi masih asa orang yang jujur dan memiliki hati berluhur budi serta mempunyai harga diri yang patut diacungkan jempol. Semoga saja kisah renungan dari nenek penjual sapu ini bisa menjadi inspirasi untuk semua orang agar tetap menjadikan kejujuran sebagai hal penting dan jantung dari kehidupan ini. Semoga saja bapak-bapak berdasi dan siapa saja yang mungkin nampaknya terhormat bisa menjadi sikap nenek penjual sapu sebagai patron dan contoh untuk menjadikan ini lebih terhormat.
Baca juga: wanita cantik suci, cerdas dengan suami curiga
Al-kisah ada seorang teman yang baru pulang dari bersilaturrahmi dengan ibunya, pada saat itu mereka melihat enaknya masakan ayam di sebuah warung di sleman, dan berencana untuk membeli ayam tersebut sebagai makan malamnya. Ketika mereka sedang-sedang makannya mereka melihat ada seorang nenek yang berpakaian lusuh dan tidak rapi layaknya seorang pengemis yang duduk disamping warung ayam tanpa alas tempat duduk sambil memegang beberapa (tiga) sapu ijuk ditangannya.
Kawan tadi berpikir bahwa mereka mau memberikan uang senilai Rp.1000 kepada nenek yang lusuh tersebut, namun tak disangka ternyata nenek tersebut menggeleng kepala nya dan sama sekali tidak mau menerima uang pemberian kawan tersebut. Dalam pikirannya terpikir "kok nenek ini tidak mau menerima uang, lantas apanya yang dicari?". Kemudian pemilik warung memberikan pengertian bahwa nenek tersebut bukan pengemis, walaupun pakaiannya seperti itu dan penampilannya bak pengemis. Nenek itu adalah penjual sapu, kemudian ketika kawan tersebut bersama ibundanya membelikan ketiga-tiga sapu menek tersebut dengan harga 1500 per sapu, jadi ibunda itu mengeluarkan uang sejumlah 5000 untuk membelikan sapu tersebut.
Hal yang mengejutkan lagipun terjadi, ketika nenek tersebut tidak ada uang kembalian, dan si ibu mengatakan bahwa "kembaliannya untuk nenek saja". Namun nenek sapu sama sekali tidak mau menerima uang kembaliannya melainkan beranjak dengan susah payah dari tempat duduknya untuk mencari uang kembalian dari penjual ayam diwarung itu.
Sungguh luar biasanya bukan? Seorang nenek yang tidak mau menerima uang secara percuma kecuali hasil dar jerih payahnya. Ini sungguh sebuah potret yang luar biasa dizaman yang serba bergelimang dengan fitnah dewasa ini, tetapi masih asa orang yang jujur dan memiliki hati berluhur budi serta mempunyai harga diri yang patut diacungkan jempol. Semoga saja kisah renungan dari nenek penjual sapu ini bisa menjadi inspirasi untuk semua orang agar tetap menjadikan kejujuran sebagai hal penting dan jantung dari kehidupan ini. Semoga saja bapak-bapak berdasi dan siapa saja yang mungkin nampaknya terhormat bisa menjadi sikap nenek penjual sapu sebagai patron dan contoh untuk menjadikan ini lebih terhormat.
Baca juga: wanita cantik suci, cerdas dengan suami curiga
0 Response to "Kisah Renungan dari Nenek Penjual Sapu Ijuk"
Post a Comment