Potret Mesjid Raya Baiturrahman dari Masa Belanda Hingga Republik


Sejarah mencatat, Mesjid Raya Baiturrahman awal mulanya dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Namun ketika meletus perang dengan Belanda, pada Bulan Shafar 1290 Hijriah/10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh.

Pembangunan kembali Mesjid tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Jenderal Karel Van Der Heijden selaku gubernur militer Aceh pada waktu itu dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.

Masjid Raya Baiturrahman ini selesai dibangun kembali pada tahun 1299 H dengan hanya memiliki satu kubah. Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman diperluas bagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum (B.O.W) dengan biaya sebanyak F. 35.000,- (tiga puluh lima ribu gulden) dengan pimpinan proyek Ir. M. Thahir dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 M.
Usaha perluasan dilanjutkan kembali oleh sebuah panitia bersama yaitu Panitia Perluasan Masjid Raya Kutaraja. Dengan keputusan menteri tanggal 31 Oktober 1975 disetujui pula perluasannya yang kedua dan pelaksanaannya diserahkan pada pemborong NV. Zein dari Jakarta. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Sehingga total semuanya Masjid Raya Baiturrahman telah mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M.

Pada tahun 1991-1993, Masjid Raya Baiturrahman melaksanakan perluasan kembali yang disponsori oleh Gubernur Dr. Ibrahim Hasan, yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas, meliputi bagian lantai masjid tempat Shalat, perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan tempat wudu. Sedangkan perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret. Sehingga luas ruangan dalam Masjid menjadi 4.760 m2 berlantai marmer buatan Italia, jenis secara dengan ukuran 60 × 120 cm dan dapat menampug 9.000 jamaah.


Dan pada tahun 2015 ini, Mesjid Raya Baiturrahman kembali dipugar. Prioritas utama pembangunan adalah dalam pekarangan masjid, seperti basement, area parkir sepeda motor dan mobil, ruang wudhu dan bersuci yang dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, dan pembangunan payung masjid yang mengacu pada konsep Mesjid Madinah sebanyak 12 unit, 6 unit ukuran besar dan 6 unit ukuran kecil.

0 Response to "Potret Mesjid Raya Baiturrahman dari Masa Belanda Hingga Republik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel