Demi Tegaknya Hukum Allah, Sultan Iskandar Muda Merajam Putranya Meurah Pupok




Makam Meurah Pupok di Komplek Kerkhoff Banda Aceh

Raja nan megah kala itu bernama Sultan Iskandar Muda ia memiliki dua istri. Putranya bernama 
Meurah Pupok, anak dari istrinya seorang Putri dari Gayo. Sang raja juga punya anak perempuan bernama Safiatuddin, anak dari istrinya yang juga seorang putri Kerajaan Pedir di kawasan Pidie.

Meurah Pupok adalah seorang pria tampan, bahkan ia menjadi anak kesayangan Sultan Iskandar Muda. waktu usianya masih muda, ia akan dipersiapkan untuk sultan menjadi pengganti dirinya ketika sewaktu-waktu  sang sultan mangkat.

Meurah Pupok yang akan menjadi ahli waris tahta raja tersebut juga mahir menunggang kuda. Kendaraan penting kala itu.

Akan tetapi, harapan sultan sirna, setelah salah seorang perwira Aceh bersua dengan Sultan Iskandar Muda yang sedang duduk di beranda istana, dengan mengabarkan sebuah berita bahwa sang putra mahkota telah melakukan perbuatan yang tak terhormat. Diberitaka, Meurah Pupok didapati telah meniduri istri sang perwira yang saat itu sedang bertugas melatih para tentara Aceh.

Sambil bertekuk lutut di hadapan raja, sebab ia telah membunuh istrinya yang berbuat perbuatan tercela.

Sedangkan Meurah Pupok dibiarkan hidup dan diserahkan pada sultan. Perwira itu tak mau mengeksekusi anak sultan. Tapi ia justru menyerahkan semua keputusan kepada Iskandar Muda.

Tak lama kemudaian usai melaporkan apa yang terjadi, perwira itu pun menarik rencong dan menusuk dadanya hingga meninggal di tempat. Iskandar Muda tak sempat menghentikan tindakan bunuh diri sang perwira.

Hal tersebut membuat Sultan Iskandar Muda marah besar. Padahal, beberapa saat sebelum datang perwira, sang sultan sedang merencanakan pendidikan dan keahlian bagi Meurah Pupok. Beberapa tugas dan tanggung jawab akan diberikan kepada putra mahkota agar ia punya pengalaman dan kemampuan saat memimpin Kerajaan Aceh Darussalam kelak.

Lantas sang Sultan berteriak lancang di hadapan pembesar kerajaan. Dengan sikap marah ia berkata, aku adalah sultan penguasa Aceh, Sumatra, dan Melayu. Aku telah memimpin Aceh dan menaklukkannya dengan menegakkan hukum seadil-adilnya. Aku akan menegakkan hukum terhadap keluargaku sendiri. Aku juga akan menghukum putra mahkota dengan seberat-beratnya. Aku akan memenggal leher putraku sebab telah melanggar hukum dan adat negeri ini.

Singkat cerita, Sultan Iskandar Muda terus memberi perintah untuk menangkap Meurah Pupok dan dibawa ke pengadilan. Ia juga telah memutuskan untuk mengeksekusi sendiri anaknya.

Sebelum eksekusi, petinggi kerajaan memohon pada Sultan Iskandar Muda agar tak mempancung Meurah Pupok. Bahkan mereka menawarkan bermacam solusi agar sang putra mahkota tetap hidup. Termasuk meminta sultan supaya mengusir Meurah Pupok, tanpa vonis rajam.

Nonton cuplikan videonya:


Sultan Iskandar Muda seorang Raja yang adil dan bijaksana itu, sama sekali tak termakan dengan bujuk rayu bawahannya tersebut, meskipun demi keselamatan putra kandungnya. Karena tekadnya telah bulat dengan keputusan rajam terhadap pelaku zina, sebagaimana aturan di Aceh kala itu.

Pada waktu  itulah lahir petuah sultan, "Matee aneuk meupat jeurat, gadoh adat ngon hukom pat tamita." Versi lain, "Matee aneuk meupat jeurat, gadoh adat male raja."


Usai shalat Jumat, Meurah Pupok dibawa ke tempat pembaringan oleh algojo. Ia mengenakan pakaian putih, terdapat pula beberapa garis kuning. Raut mukanya terlihat tenang. Sang anak raja menerima sanksi hukum dengan penuh ikhlas. Bahkan ia meminta agar kepalanya tidak ditutup kain agar bisa menatap wajah ayahnya terakhir kali.

Sultan Iskandar Muda telah siap untuk memenggal leher anaknya. Walau hatinya menangis. Tapi sultan tetap teguh pada hukum Allah. Dalam sekejap, kepala dan badan Meurah Pupok terpisah. Darah segar si buah hati mengenai pakaian Sultan Perkasa Alam itu. Jasad segera dimakamkam di tempat terpisah dari makam keturunan raja. Iskandar Muda memerintahkan agar dikubur di lapangan pacu kuda, yang kini bernama Kerkhoff. Sultan tidak ingin jenazah Meurah Pupok dimakamkan berdampingan dengan keturunan raja lainnya.

Akibat Fitnah

Pascaeksekusi rajam, beredar kabar bahwa Meurah Pupok telah difitnah oleh orang dekat sultan. Mereka memang sengaja merancang supaya sang Putra Mahkota terjerat perbuatan zina. Rencana tersebut sebagai jalan untuk menggulingkan Meurah Pupok sebagai ahli waris Kerajaan Aceh setelah Sultan Iskandar Muda mangkat dikemudian hari.

Masa itu ada sekelompok orang yang tidak senang dengan adanya Meurah Pupok dalam silsilah Kerajaan Aceh. Kelompok ini memang sengaja memilih istri perwira sebagai tumbal. Lantaran, perempuan ini memang cantik dan sering keluar masuk (berada) dalam istana raja.

Pengawasan istana terbilang ketat, kecuali terhadap petinggi kerajaan, dan para istri pejabat, termasuk istri perwira. Alhasil, misi menyingkirkan Meurah Pupok dari takhta kerajaan berjala sukses lewat vonis rajam.

Akan tetapi, semua ini telah berlalu. Sultan Iskandar Muda pun telah membuktikan  keadilan terhadap negeri yang ia pimpin. Namanya terus dikenang sebagai sultan megah, bersyariat, dan mampu menyejahterakan rakyat Aceh.


0 Response to "Demi Tegaknya Hukum Allah, Sultan Iskandar Muda Merajam Putranya Meurah Pupok"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel