Abon Kota Fajar, Sosok Ulama Kharismatik dan Bertuah Dari Bakongan Aceh Selatan


Almarhum Abuya Syech Tgk. H.Muhammad Hasbi Nyak Diwa, Lahir dari keluarga yang taat beragama dan menjunjung tinggi nilai keislaman. 
Semenjak kecil Teungku Muhammad Hasbi Nyak Diwa atau yang dikenal dengan Abon Kota Fajar telah dipersiapkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang ulama yang paripurna.
Mengawali perjalanan intelektualnya, Abon belajar pertama kali dengan ayahnya yang juga tokoh masyarakat yang memahami agama, seraya menambah keilmuannya di lembaga nonformal di desanya. Hal itu terus dilakukan beliau hingga menyelesaikan pendidikan dasar di kota kelahirannya Bakongan.
Memasuki usia 15 tahun sekitar tahun 1958, Abon memulai pendidikan di Dayah Darussalam Labuhan Haji dibawah pimpinan Ulama Kharismatik Aceh Teungku Syekh Muhammad Waly al-Khalidi. Walaupun beliau tidak belajar secara khusus dengan Abuya Muda Waly, namun secara pasti beliau belajar pengantar umum dari setiap kitab kepada Pimpinan Pesantren tersebut.
Adapun guru yang banyak mengajarnya pada masa itu adalah Abuya Muhibbuddin Waly yang juga anak dan murid Syekh Muda Waly di kelas Bustanul Muhaqqiqin. Di antara teman-teman seperjuangan Abon Kota Fajar saat belajar di Dayah Darussalam adalah Abuya Jamaluddin Waly, Abuya Syech Amran Waly, Abu Mohd Syammarfali Blang Pidie dan santri lainnya yang hampir semuanya menjadi ulama dan tokoh masyarakat.
Hampir empat tahun Abon belajar di Dayah Darussalam Labuhan Haji, kemudian pada tahun 1962 beliau melanjutkan pengajian ke Dayah Mudi Mesra Samalanga setelah wafatnya Syekh Muda Waly pada tahun 1961. Di Dayah yang baru Mudi Mesra, Abon Kota Fajar belajar langsung kepada pimpinan dayah tersebut yang juga murid dari Abuya Muda Waly yaitu Abu Abdul Aziz Shaleh yang dikenal dengan Abon Samalanga.
Diperkirakan, Abon Kota Fajar segenerasi dengan murid murid senior Abu Aziz Samalanga lainnya yang kemudian menjadi ulama terkenal seperti: Abon Teupin Raya, Abu Kuta Krueng, Abu Lhueng Angen, Abu Panton dan ulama lainnya, sedangkan Abu Kasem Tb adalah guru dari mereka. Lebih kurang empat tahun Abon Kota Fajar di Mudi Mesra Samalanga, pada tahun 1966 beliau kembali ke Dayah Darussalam Labuhan Haji untuk membantu mengajar di Dayah tersebut, yang pada waktu itu dipimpin oleh Kiyai Muda Jamaluddin Waly. Umumnya murid-murid Abuya Muda Waly telah pulang kampung dan mendirikan Pesantren mereka masing-masing termasuk Abuya Imam Syamsuddin Sangkalan yang pernah menjadi pimpinan pesantren setelah wafatnya Abuya Syekh Muda Waly.


Pada masa itu ada beberapa santri senior yang sudah menjadi guru dan belajar kepada Abon Kota Fajar seperti Abu Madinah, Abu Anwar Fahimi Peulumat, dan Abu Baihaqi Blangpidie, dan lainnya. Karena pada masa itu Abon Kota Fajar telah mulai mengajar Kitab Mahalli dan Tasauf Ihya’ Ulumuddin, kitab terakhir untuk kelas tertinggi.

Pemakaman Abon Kota Fajar dihadiri ribuan jamaah takziyah | dok.liputaanrakyat.com

Setelah beberapa tahun beliau mengajar di Darussalam Labuhan Haji tepatnya tahun 1971 Abon Kuta Fajar diminta membantu dan menjadi Wakil Pimpinan Pesantren Ashabul Yamin yang baru didirikan oleh Abu Syekh Adnan Mahmud yang juga sahabat dan murid Abuya Muda Waly. Di dayah ini Abon mulai mengambil suluk kepada al Mursyid Nek Abu Bakongan tersebut.

Hampir tujuh Tahun Abon bersama dengan Abu Bakongan untuk membenahi Pesantren Ashabul Yamin.

Di tahun 1978 salah seorang murid Abuya Muda Waly lainnya yaitu Teungku Syekh Jailani Kuta Fajar mendirikan Dayah Darussa’adah di Kluet Utara Aceh Selatan, juga meminta Abon bersedia menjadi Wakil Pimpinan untuk Dayah baru itu.

Di Darussa’adah Abon telah diangkat menjadi Mursyid oleh Abu Jailani Kuta Fajar. 5 tahun kebersamaan beliau dengan Abu Jailani, yang kemudian Ulama tersebut wafat tahun 1983. Karena anak dari Abu Jailani masih dalam masa belajar yaitu Teungku Syekh A. Qadir, maka pimpinan dilanjutkan oleh Abon Kota Fajar. Dan pada tahun 1986 Abon telah membangun pesantren di Kota kelahirannya Bakongan dengan nama Dayah Bahrussa’adah, namun pesantren ini kemudian ditutup ketika masa iklim Aceh kurang kondusif.


Dan 5 tahun setelah berdirinya Bahrussa’adah, Abon mendirikan pesantren khusus perempuan yang dikenal dengan Darurrahmah yang kemudian menjadi Pesantren Laki-laki dan Perempuan setelah ditutup pesantren Bahrussa’adah yang disebutkan tadi.
Kehadiran Abon Kota Fajar dalam iklim keilmuan dayah secara khusus memiliki arti penting, karena beliau adalah orang yang bertemu langsung dengan para ulama berpengaruh seperti: Abuya Syekh Muda Waly, Abuya Muhibbuddin Waly, Abu Abdul Aziz Samalanga, Syekh Adnan Bakongan, Abu Jailani Kota Fajar dan para ulama lainnya.

Bahkan dalam forum-forum Muzakarah Ulama Aceh yang diadakan dibeberapa tempat, maka Fatwa Hukum Abon Kota Fajar adalah Fatwa kedua setelah Abu Tu Min Blang Blahdeh Ulama Sepuh Aceh.

Kini Abon telah tiada, Aceh kembali berduka dengan wafatnya ulama kharismatik ini, tepat pada Selasa dini hari (28/1/2020) sekira pukul 01.10 WIB Abon mengembuskan nafas terakhir di kediamannya dikomplek asrama putri dayah Darurrahmah Gampong Kota Fajar, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan.


Rahimahullah Abon Kota Fajar rahmatan wasi’atan.
Wallahua’lam.

Oleh : Dr. Tgk. Nurkhalis Mukhtar, Lc., MA dan Tgk. Muhammad Syarif, S.Pd.I., MA
(Alumni Rasda)

Sumber: liputanrakyat.com

0 Response to "Abon Kota Fajar, Sosok Ulama Kharismatik dan Bertuah Dari Bakongan Aceh Selatan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel