Penilaian dan Angka Rapor Pembelajaran Daring Permasalahan Rumit Bagi Guru
Informasigurunasional --- Penilaian dan pengisian angka rapor pada masa pandemi covid-19 menjadi permasalahan serius, selain kegiatan pembelajaran itu sendiri. Khususnya terkait dengan prinsip keadilan (equity) dan inklusivitas(inclusivity). Dalam situasi normal saja, penilaian dan pemberian nilai untuk rapor (grading), sebagai bentuk akuntabilitas programpembelajaran yang diselenggarakan guru/sekolah kepada pemangku kepentingan pendidikan (seperti orangtua siswa dan pemerintah), merupakan permasalahan rumit bagi guru.
Terlebih pada masa pandemi, saat pembelajaran dan penilaian harus dilakukan dengan jarak jauh secara daring, serta menimbang kondisi dan latar belakang siswa sangat beragam baik secara ekonomi, budaya, maupun pendidikan keluarga.
Sebagian siswa yang hidup dengan keterbatasan ekonomi, siswa berkebutuhan khusus, penyandang disabilitas, dan populasi terpinggirkan lainnya, selalu akan menghadapi hambatan belajar di sekolah. Dalam situasi normal, banyak sekolah membangun skema/unit pendukung yang dirancang untuk membantu siswa-siswa tersebut dalam mengatasi persoalan yang dihadapi, khususnya dalam mengatasi hambatan pembelajaran. Namun, sebagian daya dukungan itu tidak bisa digunakan dalam konteks pembelajaran jarak jauh.
Sebagai contoh, hambatan pembelajaran yang dihadapi siswa yang kurang beruntung secara ekonomi, menjadi lebih tinggi dalam beberapa bulan terakhir sejak diselenggarakannya pendidikan jarak jauh melalui metode daring.
Banyak siswa tidak memiliki akses ke internet atau mereka punya akses, tetapi jaringan internet yang tersedia tidak stabil. Masalah lain, yakni tidak memiliki akses ke perangkat pembelajaran yang diperlukan, gawai yang memadai, seperti telepon pintar (smartphone), tablet, atau komputer.
Yang lain berjuang dengan kehilangan pekerjaan di keluarga dan mungkin kekurangan pasokan kebutuhan dasar seperti makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Atau dalam kasus berbeda, siswa mungkin bertanggung jawab untuk membantu mengajar adik-adiknya di samping pembelajaran mereka sendiri.
Peran dan kategori penilaian
Penilaian tentu saja tidak akan bisa menyelesaikan persoalan keadilan/equity ini, apalagi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun, penilaian sesuai dengan fungsi utamanya, yaitu untuk mengumpulkan data dan informasi hasil pembelajaran/pendidikan tentunya akan bisa memberikan bantuan dengan menghadirkan data dan informasi yang kredibel melalui penyediaan instrumen penilaian yang valid (sahih) dan reliable (bersifat reliabel).
Data-data dan berbagai informasi hasil penilaian (evidences) selanjutnya harus mampu digunakan guru sebagai umpan balik (feedback) guna membantu siswa memperbaki kualitas belajarnya dan memahami konsep/materi yang sudah diajarakan dengan benar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penilaian secara umum dapat dikategorikan sebagai penilaian standar, yang materi soal dan administrasinya disiapkan dan dilaksanakan lembaga penilaian mandiri atau pihak luar sekolah (seperti ujian nasional, INAP, AKSI, PISA, TIMSS, atau PIRLS) dan penilaian yang diselenggarakan guru/sekolah, yang materi soalnya disiapkan sendiri oleh guru (teacher made test).
Selanjutnya, jika dilihat dari pemanfaatan hasilnya, penilaian dapat digolongkan sebagai penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif sebenarnya merupakan penilaian yang terintegrasi dengan proses pembelajaran, yakni data dan informasi hasil penilaian yang diperoleh akan digunakan untuk membantu siswa dapat belajar dengan lebih baik sehingga memahami dengan benar konsep dan materi yang sudah diajarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Jadi dalam penilaian formatif guru tidak boleh berpikir tentang nilai/angka atau melakukan judgement bahwa siswa berhasil atau gagal karena proses pembelajaran masih berlangsung. Semangatnya ialah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran siswa.
Sebaliknya pada penillaian sumatif, ialah saat keputusan tentang hasil pembelajaran dibuat/dilakukan. Data-data dan berbagai informasi hasil penilaian (evidences) yang terkait dengan tujuan pembelajaran yang diselenggarakan akan digunakan untuk membuat keputusan hasil pembelajaran (assigning grade). Seberapa akurat bukti-bukti tersebut mampu menjelaskan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran, akan menentukan nilai (grade) perolehan setiap individual siswa.
Karenanya, tujuan pembelajaran/pendidikan yang dibuat harus rigor (ketat, tegas dan akurat) sehingga mampu mendapatkan hasil yang berkualitas. Kualitas pembelajaran/pendidikan sangat ditentukan seberapa rigor tujuan pembelajaran/pendidikan yang ditetapkan.
Penilaian formatif dapat dilakukan setelah satu unit atau dua unit pembelajaran selesai dilaksanakan, sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah beberapa unit pembelajaran diajarkan. Dapat dilakukan pada pertengahan atau akhir semester, tergantung luas dan kedalaman cakupan materi yang harus diajarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran/kurikulum.
Penilaian formatif
Sebagaimana dikemukakan di atas, penilaian tidak akan mampu menyelesaikan persoalan keadilan/equity dan meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Namun, penilaian akan dapat membantu menyelesaikan hambatan dan keterbatasan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu melalui penyediaan instrumen penilaian yang berkualitas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran/pendidikan.
Penilaian sumatif melalui format daring yang digunakan guru selama pandemi ini diduga menyebabkan banyak siswa mengerjakan soal ujian dengan menyontek, atau mendapatkan bantuan dari pihak keluarga (praktik ketidakjujuran/dishonesty) sehingga kualitas data dan informasi hasil belajar yang diperoleh kurang baik.
Dalam ilmu pengukuran, hal ini disebut threat to validity, ancaman terhadap validitas. Akibatnya, keputusan kenaikan kelas dan kelulusan yang dibuat juga ikut terpengaruh.
Thomas R Guskey dalam Assessment and Grading in the Midst of a Pandemic (Ed Week, 13 April 2020), menyatakan, dalam masa pandemi ini, penilaian sebaiknya menitikberatkan pada umpan balik/feedback daripada skor/ grading. Penilaian sebaiknya difokuskan pada penilaian formatif, yaitu bagaimana membantu siswa memahami konsep dan materi dengan baik dan benar sehingga mereka mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Ditegaskan Guskey, "If our focus is on feedback, then all assessments are formative until students get it. When results show they get it, then the assessment becomes summative." Jika penilaian ditekankan pada upaya mendapatkan umpan balik, sebaiknya semua bentuk penilaian adalah formatif sampai siswa memahami konsep dan materi yang diajarkan. Pada saat siswa sudah memahami, saat itu sudah bisa dikatakan sebagai penilaian sumatif.
Apabila penilaian formatif diselenggarakan dengan semangat untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran, siswa pasti akan menghindari tindakan yang tidak terpuji, tidak jujur. Namun, perlu ditekankan bahwa peran umpan balik/feedback guru dan bagaimana teknis mendiskusikannya bersama setiap individu/siswa dengan beragam kondisi yang mereka miliki akan sangat penting dan menentukan. Wallahualam.
Demikian informasi yang bisa kami bagikan semoga bermanfaat, silahkan simak informasi terbaru lainya di bawah ini.
0 Response to "Penilaian dan Angka Rapor Pembelajaran Daring Permasalahan Rumit Bagi Guru"
Post a Comment