SINOPSIS BAB IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran umum subyek penelitian
1.1 Sekilas LAPAS Wanita Tangerang
LP Kelas IIA Wanita (LPW) Tangerang didirikan pada tahun 1977 dan difungsikan pada tanggal 5 Februari 1981, merupakan pindahan dari LPW Bukit Duri.
A. Tugas pokok dan fungsi penjara
LPW Tangerang mempunyai tugas untuk melaksanakan pembinaan narapidana wanita.
B. Jumlah petugas
Petugas Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang keseluruhannya berjumlah 110 orang yang terdiri dari 13 orang pejabat struktural, 61 orang petugas keamanan, 26 orang petugas pembinaan dan staf.
C. Kegiatan Pembinaan
Kegiatan pembinaan yang dilakukan di dalam LP Kelas IIA Wanita Tangerang berupa pendidikan dan pengajaran, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum, kursus-kursus keterampilan dan latihan kerja, olahraga dan kesenian.
D. Masalah
Masalah yang dihadapi pihak Lapas Kelas IIA Wanita saat ini adalah terbatasnya dana yang tersedia untuk pembelian obat-obatan, biaya pembinaan, penambahan bangunan gedung.
E. Rencana Program
Peningkatan kegiatan asimilasi dan integrasi merupakan rencana program jangka panjang yaitu untuk membentuk kegiatan baru yang bisa lebih mengakrabkan antar sesama napi dan antara napi dengan para petugas.
1.2 Gambaran umum keadaan narapidana di Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang
Jumlah wanita yang mendekam di balik terali besi Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang sebanyak 404 orang.
2. Deskripsi hasil penelitian
2.1 Deskripsi proses pelaksanaan bimbingan agama di Lapas Kelas IIA wanita
Pelaksanaan bimbingan agama berlangsung setiap hari dari hari Senin sampai Sabtu, dari jam 10.00 pagi sampai waktu shalat dzuhur. Peserta bimbingan bergantian dari setiap blok. Pengajar atau ustadzah pembimbing juga datang bergantian dari hari Senin sampai Sabtu sesuai jadwal yang telah disusun.
2.2 Deskripsi materi bimbingan agama yang diberikan di Lapas wanita Tangerang
Materi yang diajarkan para ustadzah dan pembimbing adalah mencakup:
1. Belajar wudlu dan shalat.
2. Belajar membaca al Qur’an.
3. Akhlaq mahmudah (terpuji)
4. Shalawat Nabi
5. Do’a-do’a dan surat-surat pendek
2.3 Deskripsi tingkat kematangan emosi napi setelah mendapatkan bimbingan agama
Apabila dilihat taraf kematangan emosi pada tiap indikatornya sangatlah fluktuatif dan cenderung tidak stabil. Namun secara umum dapat dilihat bahwa kondisi kematangan emosi narapidana setelah mendapatkan bimbingan agama.
Kategori Frekuensi %
Tinggi 42 34.71%
Sedang 69 57.03%
Rendah 10 8.26%
Jumlah 121 100 %
2.3 Pengaruh bimbingan agama terhadap kematangan emosi narapidana wanita
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan ini, bahwa bimbingan agama yang telah didapatkan napi berpengaruh sebesar 84.9% terhadap kematangan emosi. Dari hasil ini peneliti berkesimpulan terdapat pengaruh yang signifikan dari bimbingan agama terhadap kematangan emosi napi wanita di Lapas Kelas IIA ini. Ini berarti hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan bimbingan agama terhadap kematangan emosi narapidana ditolak. Dengan demikian hipotesis nihil (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan bimbingan agama terhadap kematangan emosi narapidana diterima.
Begitu pula untuk menjawab hipotesis yang kedua tentang perbedaan pemahaman bimbingan agama antar kelompok responden. Hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pemahaman bimbingan agama antar kelompok responden berdasarkan lamanya masa tahanan ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kematangan emosi pada narapidana berdasarkan lamanya masa tahanan diterima.
Mengenai hipotesa tentang perbedaan kematangan emosi antar kelompok responden, didapat hasil bahwa hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kematangan emosi pada narapidana berdasarkan lamanya masa tahanan ditolak. Dengan demikian hipotesis nihil (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kematangan emosi pada para narapidana berdasarkan lamanya masa tahanan diterima.
HASIL PENELITIAN
1. Gambaran umum subyek penelitian
1.1 Sekilas LAPAS Wanita Tangerang
LP Kelas IIA Wanita (LPW) Tangerang didirikan pada tahun 1977 dan difungsikan pada tanggal 5 Februari 1981, merupakan pindahan dari LPW Bukit Duri.
A. Tugas pokok dan fungsi penjara
LPW Tangerang mempunyai tugas untuk melaksanakan pembinaan narapidana wanita.
B. Jumlah petugas
Petugas Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang keseluruhannya berjumlah 110 orang yang terdiri dari 13 orang pejabat struktural, 61 orang petugas keamanan, 26 orang petugas pembinaan dan staf.
C. Kegiatan Pembinaan
Kegiatan pembinaan yang dilakukan di dalam LP Kelas IIA Wanita Tangerang berupa pendidikan dan pengajaran, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum, kursus-kursus keterampilan dan latihan kerja, olahraga dan kesenian.
D. Masalah
Masalah yang dihadapi pihak Lapas Kelas IIA Wanita saat ini adalah terbatasnya dana yang tersedia untuk pembelian obat-obatan, biaya pembinaan, penambahan bangunan gedung.
E. Rencana Program
Peningkatan kegiatan asimilasi dan integrasi merupakan rencana program jangka panjang yaitu untuk membentuk kegiatan baru yang bisa lebih mengakrabkan antar sesama napi dan antara napi dengan para petugas.
1.2 Gambaran umum keadaan narapidana di Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang
Jumlah wanita yang mendekam di balik terali besi Lapas Kelas IIA Wanita Tangerang sebanyak 404 orang.
2. Deskripsi hasil penelitian
2.1 Deskripsi proses pelaksanaan bimbingan agama di Lapas Kelas IIA wanita
Pelaksanaan bimbingan agama berlangsung setiap hari dari hari Senin sampai Sabtu, dari jam 10.00 pagi sampai waktu shalat dzuhur. Peserta bimbingan bergantian dari setiap blok. Pengajar atau ustadzah pembimbing juga datang bergantian dari hari Senin sampai Sabtu sesuai jadwal yang telah disusun.
2.2 Deskripsi materi bimbingan agama yang diberikan di Lapas wanita Tangerang
Materi yang diajarkan para ustadzah dan pembimbing adalah mencakup:
1. Belajar wudlu dan shalat.
2. Belajar membaca al Qur’an.
3. Akhlaq mahmudah (terpuji)
4. Shalawat Nabi
5. Do’a-do’a dan surat-surat pendek
2.3 Deskripsi tingkat kematangan emosi napi setelah mendapatkan bimbingan agama
Apabila dilihat taraf kematangan emosi pada tiap indikatornya sangatlah fluktuatif dan cenderung tidak stabil. Namun secara umum dapat dilihat bahwa kondisi kematangan emosi narapidana setelah mendapatkan bimbingan agama.
Kategori Frekuensi %
Tinggi 42 34.71%
Sedang 69 57.03%
Rendah 10 8.26%
Jumlah 121 100 %
2.3 Pengaruh bimbingan agama terhadap kematangan emosi narapidana wanita
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan ini, bahwa bimbingan agama yang telah didapatkan napi berpengaruh sebesar 84.9% terhadap kematangan emosi. Dari hasil ini peneliti berkesimpulan terdapat pengaruh yang signifikan dari bimbingan agama terhadap kematangan emosi napi wanita di Lapas Kelas IIA ini. Ini berarti hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan bimbingan agama terhadap kematangan emosi narapidana ditolak. Dengan demikian hipotesis nihil (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan bimbingan agama terhadap kematangan emosi narapidana diterima.
Begitu pula untuk menjawab hipotesis yang kedua tentang perbedaan pemahaman bimbingan agama antar kelompok responden. Hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pemahaman bimbingan agama antar kelompok responden berdasarkan lamanya masa tahanan ditolak. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kematangan emosi pada narapidana berdasarkan lamanya masa tahanan diterima.
Mengenai hipotesa tentang perbedaan kematangan emosi antar kelompok responden, didapat hasil bahwa hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kematangan emosi pada narapidana berdasarkan lamanya masa tahanan ditolak. Dengan demikian hipotesis nihil (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kematangan emosi pada para narapidana berdasarkan lamanya masa tahanan diterima.
0 Response to "SINOPSIS BAB IV"
Post a Comment