Kehancuran Bangsa Yahudi Menurut Qur’an, Hadits, Taurat dan Fakta Terkini
Klaim dari bangsa yahudi Israel sebagai bangsa pilihan adalah omong kosong yang tidak berdasar sama sekali.
Kenyataan sesungguhnya adalah, bahwa pencampuran dan pembauran antar suku tidak memberikan kesempatan bagi satu golongan untuk menjadi lebih tinggi atas golongan lain. Berikut ini adalah beberapa fakta yang mendepak klaim tersebut.
Kenyataan sesungguhnya adalah, bahwa pencampuran dan pembauran antar suku tidak memberikan kesempatan bagi satu golongan untuk menjadi lebih tinggi atas golongan lain. Berikut ini adalah beberapa fakta yang mendepak klaim tersebut.
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول مَا بَالُ دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَسَعَ رَجُلٌ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ
Maka Nabi Muhammad saw bersabda: “Kenapa panggilan-panggilan Jahiliyyah itu masih saja kalian lestarikan?” para sahabat pun berkata, “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki dari kalangan Muhajirin mendorong seorang dari Anshar.” Akhirnya beliau bersabda: “Tinggalkanlah, karena hal itu adalah sesuatu yang busuk.” (HR. Bukhari, No.4525)
Maha benar Allah SWT yang berfirman;
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا مِنْهُمْ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الأعراف168) فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (الأعراف169)
Artinya : ”Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan, di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: ”Kami akan diberi ampun”. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukanlah perjanjian Tuarat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?” (QS.Al-A’raaf :168-169).
Oleh sebab itu agama Islam yang agung menetapkan sebuah substansi dasar dalam firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Ath Thobari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian –wahai manusia- adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thobari, 21:386)
Maka Nabi Muhammad saw bersabda: “Kenapa panggilan-panggilan Jahiliyyah itu masih saja kalian lestarikan?” para sahabat pun berkata, “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki dari kalangan Muhajirin mendorong seorang dari Anshar.” Akhirnya beliau bersabda: “Tinggalkanlah, karena hal itu adalah sesuatu yang busuk.” (HR. Bukhari, No.4525)
Maha benar Allah SWT yang berfirman;
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا مِنْهُمْ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الأعراف168) فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (الأعراف169)
Artinya : ”Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan, di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: ”Kami akan diberi ampun”. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukanlah perjanjian Tuarat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?” (QS.Al-A’raaf :168-169).
Oleh sebab itu agama Islam yang agung menetapkan sebuah substansi dasar dalam firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Ath Thobari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian –wahai manusia- adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thobari, 21:386)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kalian bisa mulia dengan takwa dan bukan dilihat dari keturunan kalian” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13: 169)
Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Maka kemuliaan hubungan dan pertemuan harus berada seputar daerah yang bercahaya yang membangkitkan teladan tertinggi dan prinsip-prinsip yang mulia, sehingga manusia menjadi bersaudara tanpa dibatasi faham kesukuan dan kebangsaan. Selama tujuannya adalah kebaikan dan kedamaian mereka semua adalah para hamba Allah. Barangsiapa yang menyimpang maka ia adalah cabang yang layu dan lemah yang harus dipotong.
Mari kita lihat kisah Nuh dengan anaknya, dan Ibrahim dengan bapaknya,
وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ (هود45) قَالَ يَانُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنْ الْجَاهِلِينَ (هود46)
Artinya : ”Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata, ”Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman: ”Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan selamat), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Sesungguhnya Aku memperingatkan kapadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”. (QS Huud: 45-46)
Demikianlah dasar yang jelas, orang yang paling dekat dengan Allah adalah yang paling bertaqwa siapapun orangnya dan dari bangsa manapun ia berasal. Oleh karena itu bangsa yahudi bukan bangsa pilihan, dia adalah satu bangsa sebagaimana bangsa lain seperti bangsa Afrika dll.
Kedua: Dalil dari kitab Taurat
Tahun 922 SM setelah Nabi Sulaiman wafat Kerajaan Israel pecah. wilayah utara tetap bernama Israel, selatan menggunakan nama Yehuda (Yahudi) keduanya saling berperang selama beberapa tahun (II raja raja pasal 9 dan 10)
Berpuluh tahun kemudian karena kerajaan Israel selalu melakukan dosa dan melanggar ajaran Allah, maka Allah menghajar mereka sampai hancur lebur :
Kemudian tuhan akan menghajar orang israel sehingga tergoyah-goyah seperti gelagah di air dan ia akan menyentakan mereka dari tanah yang baik ini yang telah diberikan kepada nenek moyang mereka, ia akan menyerahkan mereka keseberang sungai efrat, karena mereka telah membuat tiang patung berhala yang dengan demikian menyakiti tuhan. tuhan akan lepas tangan thd orang Israel karena dosa Yerobeam dan orang Israel. (I rajaraja 14:15)
Dan benar, ramalan itu, itu tahun 720 SM Israel diserang Kerajaan Asyiria dan mereka dibuang ke daerah Laut Kaspia, mereka berkembang menjadi Yahudi Khajar, dan sebagian ada yang melarikan diri ke Jerman, di Jerman dan disana (abad 20) dihajar lagi oleh Hitler, bagaimana mungkin bangsa pilihan tapi hidupnya menderita sepanjang abad, bagaimana mungkin bangsa pilihan menjadi pelarian, tidak mempunyai negara untuk tinggal selama berabad-abad?!
Tuhan kemudian hanya memilih Yehuda. Sebab itu tuhan sangat murka kepada Israel dan ia menjauhkan mereka dari hadapannya tidak yang tinggal kecuali suku Yehuda. (II rajaraja 17:18)
Tapi yehudi pun berbuat dosa juga, dasar yahudi!, yahuda pun dihajar tuhan, dan tuhan membatalkan janjinya: Juga orang Yehuda akan kujauhkan dari hadapanku seperti orang Israel dan aku membuang kota yang aku pilih Yerusalem meskipun aku sudah berfirman “namaku akan tinggal disana” (II rajaraja 23:27)
Inilah kegeraman Nabi Musa as akan kedurhakaan yahudi. Karena telah kuketahui akan degilmu (buruk sifatmu) dan tegar tengkukmu (bandel) bahwa ketika aku (Musa) masih hidup saja, kamu berani durhaka kepada Allah apalagi teristimewa kalau aku sudah mati. (Ulangan 31:27).
Juga oleh Nabi yang lainnya, Nabi Mikha 3:1-14. Maka sebab itu dengarlah olehmu hai segala penghulu bangsa Yakub dan segala kepala bangsa israel yang bosan akan barang benar dan yang suka memutarbalikan segala yang benar.
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمْ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنْ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (البقرة61)
Artinya : “lalu ditimpakan kepada mereka (Yahudi / Israel) kenistaan kehinaan serta kemurkaan allah, itu semua karena mereka selalu menolak ayat-ayat allah dan membunuh para nabi, dan mereka durhaka melampaui batas” (al-Baqarah: 61)
Ketiga: Dalil Sejarah Pengusiran Yahudi
Bangsa yahudi tidak mempunyai tanah air selama 2000 tahun, sejak pengusiran yang dilakukan oleh Kaisar Titus dari Romawi tahun 70M sampai abad 20 M. Mereka berhasil merampas Palestina tahun 1948 setelah bekerja sama dengan penjajah Inggris untuk tinggal disitu, sejak itulah mereka resmi menurut PBB punya negara. Pertanyaannya bagaimana yahudi bangsa pilihan tapi tidak mempunyai negara selama 2000 tahun?
Perhatikanlah betapa bodohnya Seorang pendeta agung yang ditanya di dalam Talmud: ”Katakan padaku wahai guru, apa yang akan terjadi dengan kita, jika semua orang berilmu beralih memeluk agama Yahudi?”. Ia menjawab, ”Ini tidak mungkin”. ”Kenapa tidak mungkin guru?” Sanggah si penanya. ”Karena Yahudi adalah bangsa yang dipilih oleh Allah. Jika semua bangsa adalah Yahudi, maka tidak ada bangsa yang terpilih. Jika semua manusia menjadi penguasa, maka siapa yang menjadi rakyat. Jika semua barang tambang adalah emas, maka barang tambang menjadi tidak bernilai, dan emas pun juga tidak bernilai, sesungguhnya emas menjadi bernilai, karena disana ada barang tambang lainnya yang tidak bernilai. Oleh sebab itu, semua bangsa wajib menjadi bangsa yang hina, agar Yahudi menjadi bangsa yang terbaik dan pemimpinnya”.
Sesungguhnya ungkapan bodoh dan tolol seperti ini berangkat dari watak individu Yahudi yang hina, yang merasa tidak memiliki kekurangan. Padahal, pada dasarnya mereka tidak memiliki kepribadian. Rasialisme kotor seperti ini sebenarnya tidak berkembang kecuali disebabkan oleh rasa kekurangan, padahal selama ini Yahudi menggemborkan perkataan Durkhaim, ”Sesungguhnya semua umat laksana sungai-sungai yang kita ketahui hilirnya, tapi tidak dengan hulunya. Maka kepindahan manusia dari tanah air mereka menuju tanah lainnya untuk berdagang, berlibur, berperang atau untuk menetap, menjadikan mereka membaur dengan lainnya selama ia tidak membuka ruang bagi faham kesukuan yang menyatakan kemurnian ras, dan tidak pula bagi faham keturunan yang mendorong munculnya kesombongan antara satu sama lain”.
DR. Muqoddam Cholil, MA
Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Maka kemuliaan hubungan dan pertemuan harus berada seputar daerah yang bercahaya yang membangkitkan teladan tertinggi dan prinsip-prinsip yang mulia, sehingga manusia menjadi bersaudara tanpa dibatasi faham kesukuan dan kebangsaan. Selama tujuannya adalah kebaikan dan kedamaian mereka semua adalah para hamba Allah. Barangsiapa yang menyimpang maka ia adalah cabang yang layu dan lemah yang harus dipotong.
Mari kita lihat kisah Nuh dengan anaknya, dan Ibrahim dengan bapaknya,
وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ (هود45) قَالَ يَانُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنْ الْجَاهِلِينَ (هود46)
Artinya : ”Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata, ”Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman: ”Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan selamat), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepadaKu sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Sesungguhnya Aku memperingatkan kapadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”. (QS Huud: 45-46)
Demikianlah dasar yang jelas, orang yang paling dekat dengan Allah adalah yang paling bertaqwa siapapun orangnya dan dari bangsa manapun ia berasal. Oleh karena itu bangsa yahudi bukan bangsa pilihan, dia adalah satu bangsa sebagaimana bangsa lain seperti bangsa Afrika dll.
Kedua: Dalil dari kitab Taurat
Tahun 922 SM setelah Nabi Sulaiman wafat Kerajaan Israel pecah. wilayah utara tetap bernama Israel, selatan menggunakan nama Yehuda (Yahudi) keduanya saling berperang selama beberapa tahun (II raja raja pasal 9 dan 10)
Berpuluh tahun kemudian karena kerajaan Israel selalu melakukan dosa dan melanggar ajaran Allah, maka Allah menghajar mereka sampai hancur lebur :
Kemudian tuhan akan menghajar orang israel sehingga tergoyah-goyah seperti gelagah di air dan ia akan menyentakan mereka dari tanah yang baik ini yang telah diberikan kepada nenek moyang mereka, ia akan menyerahkan mereka keseberang sungai efrat, karena mereka telah membuat tiang patung berhala yang dengan demikian menyakiti tuhan. tuhan akan lepas tangan thd orang Israel karena dosa Yerobeam dan orang Israel. (I rajaraja 14:15)
Dan benar, ramalan itu, itu tahun 720 SM Israel diserang Kerajaan Asyiria dan mereka dibuang ke daerah Laut Kaspia, mereka berkembang menjadi Yahudi Khajar, dan sebagian ada yang melarikan diri ke Jerman, di Jerman dan disana (abad 20) dihajar lagi oleh Hitler, bagaimana mungkin bangsa pilihan tapi hidupnya menderita sepanjang abad, bagaimana mungkin bangsa pilihan menjadi pelarian, tidak mempunyai negara untuk tinggal selama berabad-abad?!
Tuhan kemudian hanya memilih Yehuda. Sebab itu tuhan sangat murka kepada Israel dan ia menjauhkan mereka dari hadapannya tidak yang tinggal kecuali suku Yehuda. (II rajaraja 17:18)
Tapi yehudi pun berbuat dosa juga, dasar yahudi!, yahuda pun dihajar tuhan, dan tuhan membatalkan janjinya: Juga orang Yehuda akan kujauhkan dari hadapanku seperti orang Israel dan aku membuang kota yang aku pilih Yerusalem meskipun aku sudah berfirman “namaku akan tinggal disana” (II rajaraja 23:27)
Inilah kegeraman Nabi Musa as akan kedurhakaan yahudi. Karena telah kuketahui akan degilmu (buruk sifatmu) dan tegar tengkukmu (bandel) bahwa ketika aku (Musa) masih hidup saja, kamu berani durhaka kepada Allah apalagi teristimewa kalau aku sudah mati. (Ulangan 31:27).
Juga oleh Nabi yang lainnya, Nabi Mikha 3:1-14. Maka sebab itu dengarlah olehmu hai segala penghulu bangsa Yakub dan segala kepala bangsa israel yang bosan akan barang benar dan yang suka memutarbalikan segala yang benar.
وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمْ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنْ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (البقرة61)
Artinya : “lalu ditimpakan kepada mereka (Yahudi / Israel) kenistaan kehinaan serta kemurkaan allah, itu semua karena mereka selalu menolak ayat-ayat allah dan membunuh para nabi, dan mereka durhaka melampaui batas” (al-Baqarah: 61)
Ketiga: Dalil Sejarah Pengusiran Yahudi
Bangsa yahudi tidak mempunyai tanah air selama 2000 tahun, sejak pengusiran yang dilakukan oleh Kaisar Titus dari Romawi tahun 70M sampai abad 20 M. Mereka berhasil merampas Palestina tahun 1948 setelah bekerja sama dengan penjajah Inggris untuk tinggal disitu, sejak itulah mereka resmi menurut PBB punya negara. Pertanyaannya bagaimana yahudi bangsa pilihan tapi tidak mempunyai negara selama 2000 tahun?
Perhatikanlah betapa bodohnya Seorang pendeta agung yang ditanya di dalam Talmud: ”Katakan padaku wahai guru, apa yang akan terjadi dengan kita, jika semua orang berilmu beralih memeluk agama Yahudi?”. Ia menjawab, ”Ini tidak mungkin”. ”Kenapa tidak mungkin guru?” Sanggah si penanya. ”Karena Yahudi adalah bangsa yang dipilih oleh Allah. Jika semua bangsa adalah Yahudi, maka tidak ada bangsa yang terpilih. Jika semua manusia menjadi penguasa, maka siapa yang menjadi rakyat. Jika semua barang tambang adalah emas, maka barang tambang menjadi tidak bernilai, dan emas pun juga tidak bernilai, sesungguhnya emas menjadi bernilai, karena disana ada barang tambang lainnya yang tidak bernilai. Oleh sebab itu, semua bangsa wajib menjadi bangsa yang hina, agar Yahudi menjadi bangsa yang terbaik dan pemimpinnya”.
Sesungguhnya ungkapan bodoh dan tolol seperti ini berangkat dari watak individu Yahudi yang hina, yang merasa tidak memiliki kekurangan. Padahal, pada dasarnya mereka tidak memiliki kepribadian. Rasialisme kotor seperti ini sebenarnya tidak berkembang kecuali disebabkan oleh rasa kekurangan, padahal selama ini Yahudi menggemborkan perkataan Durkhaim, ”Sesungguhnya semua umat laksana sungai-sungai yang kita ketahui hilirnya, tapi tidak dengan hulunya. Maka kepindahan manusia dari tanah air mereka menuju tanah lainnya untuk berdagang, berlibur, berperang atau untuk menetap, menjadikan mereka membaur dengan lainnya selama ia tidak membuka ruang bagi faham kesukuan yang menyatakan kemurnian ras, dan tidak pula bagi faham keturunan yang mendorong munculnya kesombongan antara satu sama lain”.
DR. Muqoddam Cholil, MA
0 Response to "Kehancuran Bangsa Yahudi Menurut Qur’an, Hadits, Taurat dan Fakta Terkini"
Post a Comment