6 Fakta Sedih Teuku Markam Sang Dermawan Penyumbang Emas Monas
Kepopuleritasnama Teuku Markam tak seperti Teuku Umar maupun Cut Nyak Dien yang sangat dikenal orang. Namun, sosok pembesar Aceh itu juga layak disebut sebagai pahlawan di Indonesia walau ia tak pernah perang dengan serdadu Belanda.
Ya, Teuku Markam itu berjuang setelah Indonesia merdeka, yaitu memperbaiki ekonomi Indonesia kala itu tidak stabil. Pria berdarah Aceh ini memang jebolan militer, akan tetapi perjuangannya sama sekali jauh dari area itu. Markam berjuang melalui hartanya yang berlimpah dan sumbangsihnya benar-benar sangat bermanfaat bagi bangsa. Kala itu Bung Karno sendiri sangat berterima kasih atas apa yang telah dilakukannya. Sayangnya, meskipun berjuang sedemikian keras bagi Indonesia, pada akhirnya Markam justru terhina oleh bangsanya sendiri.
Teuku Markam anak dari Teuku Marhaban itu Lahir tahun 1925, ia berasal dari Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara, provinsi Aceh . Sejak kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun, Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe.
Berikut 6 Fakta unik dan menyedihkan Teuka Markam di era pemerintahan Soeharto
1. Teuku Markam Pernah Jadi Orang Terkaya Se-Indonesia
Pada awal Republik Indonesia Merdeka, tidak banyak orang Indonesia punya pikiran untuk terjun ke dunia. Kebanyakan orang waktu itu masih cenderung pasif untuk memikirkan masalah ekonomi semata. Di masa seperti inilah kemudian seorang pria bernama Teuku Markam muncul. Ia bergelut dengan banyak bisnis hingga akhirnya menjadi saudagar yang sukses.
Bermacam bisnis ditelateni Markam mulai dari ekspor impor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, sampai plat-plat baja. Dengan segala macam bisnis ini tak heran akhirnya ia menjadi sangat kaya. Jumlah kekayaannya sendiri kala itu benar-benar luar biasa. Sampai-sampai julukan orang terkaya se Indonesia pernah disandangnya. Meskipun punya kekayaan yang tak karuan, nyatanya Markam tak pernah menghabiskannya sendiri.
Saking kayanya, Markam sempat membangun infrastruktur di aceh seperti membangun jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh dan Tapaktuan. Ia juga disebut-sebut memiliki beberapa dok kapal di Jakarta, Makassar, Medan dan Palembang.
2. Menyumbang 28 Kilogram Emas Untuk Monas
Kalau boleh jujur, jika ada hal yang paling menarik dari Monas, hal tersebut sudah jelas adalah 38 kilogram emas yang ada di puncaknya. Puluhan tahun orang-orang dibuat penasaran dengan ini. Bahkan datang pertanyaan siapa yang memprakarsai juga kerap muncul. Ya, untuk menjawab semua kekaguman dan pertanyaan tersebut hanya butuh satu nama saja, Teuku Markam.
Memang tak pernah ada dokumentasi atau apa pun, tapi banyak yang meyakini jika Markam lah yang menyumbang 28 kg emas dari total 38 kilogram emas yang ada di monas tesebut. Sebenarnya tak hanya itu saja jasa sang tokoh Aceh ini. Ia juga sering disangkut-pautkan sebagai salah satu sosok yang ikut andil membebaskan lahan Senayan untuk menjadi pusat olah raga.
Lihat juga videonya disini:
3. Dikhianati Dengan Tuduhan PKI
Tak hanya Monas dan Senayan, ada begitu banyak jasa Markam bagi Indonesia. Tak banyak yang tahu kalau ia sangat pontang panting demi negara. Termasuk sebagai investor utama KTT Asia Afrika yang dari forum ini kemudian merdekalah negara-negara terjajah di dua benua itu. Sangat besar jasanya, tapi pada akhirnya ia tak dianggap apa pun oleh negara.
Pada pemerintahan Soekarno ia begitu dihormati dan disanjung, tapi tidak era Soeharto yang memimpin. Tidak ada alasan yang jelas, Markam langsung diciduk dan dipenjara. Ia dituduh terlibat aktif dalam pemberontakan PKI serta dianggap Sukarnois garis keras. Markam dipenjara tahun 1966 tanpa proses peradilan yang jelas.
4. Dipenjara dan Harta Dijarah
Penderitaan Markam bukan hanya ketika ia difitnah kemudian dipenjara. Ada satu lagi kezaliman yang menimpa padanya dan dilakukan oleh pemerintah Soeharto. Ya, hal tersebut tak lain adalah diakusisinya semua properti dan harta Markam menjadi milik negara.
Kantor, tanah-tanah, bisnis, dan apapun yang jadi milik Markam, dikuasai oleh pemerintah. Yang lebih miris, tak sedikitpun hartanya yang disisakan untuk keluarga dan anak-anaknya. Pada akhirnya, hidup keluarga saudagar kaya ini terlunta-lunta padahal sebelumnya sangat berkecukupan. Setelah Markam keluar penjara pada tahun 1974, ia dan keluarganya juga masih kesusahan untuk mengklaim hartanya lagi.
5. Nama Markam Tetap Belum Bersih Sampai Sekarang
Bebas dari penjara bukan menjadi hal yang benar-benar bagus bagi Markam. Ia masih sering mendapatkan pandangan hina karena dianggap sebagai antek PKI. Padahal Markam sudah sangat jelas berjuang keras untuk bangsa ini, juga untuk orang-orang yang memandangnya sinis itu.
Yang disesalkan Markam dan keluarganya adalah namanya yang tak kunjung dibersihkan oleh pemerintah. Bahkan ketika kekuasaan Orde baru tamat, ia juga tak mendapatkan namanya direhabilitasi. Alhasil, sampai tua Markam tetap dianggap pengkhianat. Padahal apa yang dilakukannya bagi bangsa ini benar-benar besar.
Miris kalau mendengar kisah sosok satu ini. Ia berjuang bagi negara, tapi malah mendapatkan perlakuan sangat tidak menyenangkan ini. Markam sendiri mungkin tak pernah bilang dia menyesal, tapi jauh dalam hatinya sosok satu itu pasti berkata jika seperti ini jadinya, maka tak pernah sudi dirinya membantu Indonesia. Mungkin seperti orang bijak bilang “air susu dibalas dengan air tuba”.
Markam meninggal dunia pada tahun 1985. Ia meninggal akibat mengidap komplikasi berbagai macam penyakit. Nggak hanya Markam yang mengalami kehidupan tragis, bahkan sekarang anak cucunya menderita lahir bathin. Keluarga Markam sudah belasan tahun hidup berpencar ke mana-mana. Ada yang memilih untuk tinggal di Aceh dan beberapa lagi ada yang memilih menetap di Jakarta.
Sumber: Wikipedia
0 Response to "6 Fakta Sedih Teuku Markam Sang Dermawan Penyumbang Emas Monas"
Post a Comment