Agar feedback tidak backfire


Feedback itu esensial bagi perbaikan kinerja seseorang. Bila kita tidak menerima feedback, maka kita tidak tahu apa yang perlu diperbaiki dan dipertahankan dari diri kita.

Tapi, feedback juga bisa backfire alias menjadi bumerang. Bukannya mendorong perbaikan kinerja, tidak jarang, feedback memicu perang dingin, perpecahan sampai pertengkaran. Biasanya, pangkal masalahnya terletak pada cara memberi feedback.

Agar tidak menjadi bumerang, tapi justru meningkatkan kinerja seseorang, berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam memberi feedback.

1. Jangan judgemental, yang deskriptif saja
Jangan menggunakan kata-kata menghakimi. Jangan masukkan penilaian Anda. Sebaliknya, sebisa mungkin gambarkan sesuai fakta. Penggunaan kata-kata yang menghakimi atau evaluatif akan menyinggung perasaan dan memicu penolakkan.

"Kamu bener-bener malas, kerjamu payah!" Ini adalah contoh feedback yang judgemental. Kata malas atau payah adalah kata-kata yang menghakimi dan penuh penilaian.

"Saudara sering datang tidak tepat waktu. Saya pelajari 80% Saudara datang 30 menit sesudah waktu masuk. Penjualan Saudara juga tidak memenuhi target. Ditargetkan 100 untuk tahun ini, sejauh ini Saudara mencapai 50 atau separuhnya."

2. Apresiatif, jangan defisit melulu
Mencari kekurangan orang itu mudah. Yang lebih sulit adalah mencari kelebihannya. Masalahnya, kalau kita hanya memberi tahu apa kekurangannya, maka orang tidak akan termotivasi. Kebanyakan orang termotivasi untuk semakin memperbaiki diri karena diangkat kelebihannya. Jadi, bersikaplah seimbang, kemukakan kekurangan yang Anda pikir perlu diperbaiki namun dengan cukup proporsional, kemukakan pula kelebihannya.

"Saya lihat Anda paling banyak menggunakan dana entertain. Dalam enam bulan pertama, dana untuk itu di tim Anda sudah habis. Saya pikir ke depan perlu diefisienkan. Saya juga lihat dalam dua bulan terakhir Tim Anda paling banyak mendapat orderan. Saya kita ini bagus sekali untuk dipertahankan."


3. Spesifik  
Kita perlu menyampaikan feedback yang spesifik agar rekan atau tim kita tahu, apa yang perlu dipertahankan atau apa yang perlu diperbaiki. 

"Negosiasi kalian tadi itu bagus sekali." Ini adalah contoh feedback yang terlalu umum. Apanya yang bagus? Kalau Anda menilai sebaliknya, kurang bagus, maka apanya yang kurang bagus?

"Waktu negosiasi tadi, kalian singgung sejerah kerjasama tim kita dengan tim mereka, yang penuh perjuangan. Itu poin bagus banget!"

Di atas contoh feedback yang lebih spesifik karena mengangkat satu aspek dari proses negosiasi yang mereka lakukan. 

Nah, di atas adalah tiga panduan dasar untuk memberi feedback agar tidak backfire. Ingat, berikan feedback pada rekan atau tim agar mereka memperbaiki diri. Tapi, jangan lupa membuka diri untuk feedback dari mereka. 

0 Response to "Agar feedback tidak backfire"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel