Agar para givers tidak kabur
Kita semua menginginkan rekan kerja yang ringan tangan. Yang mudah membantu saat ada kesulitan atau beban perkerjaan yang terlalu besar untuk ditangani sendiri. Tapi, tahukah Anda bahwa bila tidak diperlakukan dengan benar, rekan yang ringan tangan itu bisa kehabisan tenaga, mutung bahkan cabut dari pekerjaannya?
Tidak sekali dua kali saya mendengar cerita si A atau si B resign dari pekerjaannya. Padahal, menurut rekan sejawatnya, orangnya baik. Very helpful. Tidak segan membantu rekannya yang lain. Al hasil, kepergiannya pun disayangkan banyak pihak.
Para givers adalah orang-orang yang suka membantu orang lain. Bukan hanya di kantor, tapi juga di kehidupan keseharian. Bukan hanya mau membantu, tapi siap membantu, dalam pengertian, mereka memang sudah mengantisipasi, menyiapkan diri, sebelum orang meminta pertolongannya.
Organisasi membutuhkan para givers, karena banyak hal. Selain urusan kinerja, kehadiran para givers membuat orang nyaman bekerja. Kalau organisasi hanya berisi para takers atau orang yang selalu mengambil manfaat dari orang lain, maka suasana kerja akan selalu diwarnai kecurigaan dan tidak jarang kompetisi terjadi untuk saling menjatuhkan.
Masalahnya, para givers kerap dieksploitasi. Mentang-mentang ringan tangan, lalu diminta tolong melakukan ini itu di luar job description-nya. Akibatnya, tenaga dan pikiran terkuras habis. Karena, selain mengerjakan pekerjaannya sendiri, mereka juga disibukkan membantu rekan lainnya. Karena itu, sejumlah organisasi berusaha menjaga para givers dengan mengingatkan mereka pada target-target kerja dan memagari mereka dari permintaan tolong rekan-rekan kerja lainnya.
Tapi, sejumlah pembelajaran mengatakan bahwa yang membuat para givers kecewa dan pergi tidak berhubungan dengan besarnya beban pekerjaan yang diterima. Justru, mereka memiliki simpanan energi yang besar. Tak jarang kita menemukan orang yang semakin sering dimintai tolong, semakin besar energinya.
Yang membuat para givers kecewa ternyata kurangnya feedback yang membuat mereka senang. Mereka tidak bicara uang atau jabatan. Jadi, ini bertolak belakang dengan para takers, yang selalu menginginkan kompensasi peningkatan karir atas prestasinya. Para givers ingin melihat kita gembira, bahagia dan bersyukur atas pertolongan mereka. Mereka ingin dapat merasakan "makna" dari bantuan mereka.
Berterimakasih adalah satu hal kecil. Tapi, lebih penting lagi, para givers ingin melihat dan bahkan merasakan pertolongan mereka berdampak pada Anda, hubungan Anda dengannya, dan akhirnya pada performa organisasi. Apresiasi dan tunjukkan itu, maka hati mereka senang dan energi mereka pun akan berlipat ganda.
Risang R
Tidak sekali dua kali saya mendengar cerita si A atau si B resign dari pekerjaannya. Padahal, menurut rekan sejawatnya, orangnya baik. Very helpful. Tidak segan membantu rekannya yang lain. Al hasil, kepergiannya pun disayangkan banyak pihak.
Para givers adalah orang-orang yang suka membantu orang lain. Bukan hanya di kantor, tapi juga di kehidupan keseharian. Bukan hanya mau membantu, tapi siap membantu, dalam pengertian, mereka memang sudah mengantisipasi, menyiapkan diri, sebelum orang meminta pertolongannya.
Organisasi membutuhkan para givers, karena banyak hal. Selain urusan kinerja, kehadiran para givers membuat orang nyaman bekerja. Kalau organisasi hanya berisi para takers atau orang yang selalu mengambil manfaat dari orang lain, maka suasana kerja akan selalu diwarnai kecurigaan dan tidak jarang kompetisi terjadi untuk saling menjatuhkan.
Masalahnya, para givers kerap dieksploitasi. Mentang-mentang ringan tangan, lalu diminta tolong melakukan ini itu di luar job description-nya. Akibatnya, tenaga dan pikiran terkuras habis. Karena, selain mengerjakan pekerjaannya sendiri, mereka juga disibukkan membantu rekan lainnya. Karena itu, sejumlah organisasi berusaha menjaga para givers dengan mengingatkan mereka pada target-target kerja dan memagari mereka dari permintaan tolong rekan-rekan kerja lainnya.
Tapi, sejumlah pembelajaran mengatakan bahwa yang membuat para givers kecewa dan pergi tidak berhubungan dengan besarnya beban pekerjaan yang diterima. Justru, mereka memiliki simpanan energi yang besar. Tak jarang kita menemukan orang yang semakin sering dimintai tolong, semakin besar energinya.
Yang membuat para givers kecewa ternyata kurangnya feedback yang membuat mereka senang. Mereka tidak bicara uang atau jabatan. Jadi, ini bertolak belakang dengan para takers, yang selalu menginginkan kompensasi peningkatan karir atas prestasinya. Para givers ingin melihat kita gembira, bahagia dan bersyukur atas pertolongan mereka. Mereka ingin dapat merasakan "makna" dari bantuan mereka.
Berterimakasih adalah satu hal kecil. Tapi, lebih penting lagi, para givers ingin melihat dan bahkan merasakan pertolongan mereka berdampak pada Anda, hubungan Anda dengannya, dan akhirnya pada performa organisasi. Apresiasi dan tunjukkan itu, maka hati mereka senang dan energi mereka pun akan berlipat ganda.
Risang R
0 Response to "Agar para givers tidak kabur"
Post a Comment