Khanduri Blang, Adat Aceh Menjelang Musim Tanam Tiba

 
Foto : Masyarakat Gampong Bunien, Kec Simpang Tiga sedang mengambil ie sineujuek pada acara khanduri blang 

Masyarakat Aceh dikenal sebagai masyarakat yang majemuk dalam berbagai multidimensi. Hal ini karena Aceh kaya akan adat dan budaya serta kearifan lokal lainnya. Keanekaragaman budaya dan kebiasaan tersebut masih dilakukan secara turun temurun hingga sekarang, bahkan generasi muda sekarang tidak mengetahui sejak kapan kebiasaan itu di mulai. Salah satu kearifan lokal yang masih ada sampai sekarang adalah pelaksanaan Khanduri Blang (kenduri turun sawah). Acara Khanduri Blang biasanya di lakukan menjelang turun sawah (musim tanam).

Khanduri Blang merupakan ritual masyarakat petani di aceh yang di laksanakan sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta dan sebagai media penyampaian pesan kepada masyarakat tani mengenai pelaksanaan turun sawah. Khanduri Blang di laksanakan setiap bulan muharam, biasanya di adakan pada hari senin atau hari kamis yang sekaligus merupakan musim tanam tahunan dalam kelender tani di Aceh.

Semua masyarakat yang memiliki sawah dan hendak menanam padi terlebih dahulu ikut berpartisipasi dalam acara Khanduri Blang. Keikutsertaan masyarakat di dasarkan atas perintah dari Keujruen Blang (lembaga adat Aceh yang khusus mengurusi di bidang persawahan). Keujruen Blang sebagai ketua di bidang persawahan akan memberikan aba-aba dua minggu menjelang para petani turun ke sawah. Petuah Keujruen Blang sangat di segani dan di patuhi oleh petani setempat karena pada saat penanaman padi Meuseuraya (gotong royong) di sawah, aliran air dan sebagainya perlu musyawarah dengan Keujruen Blang.

 
Foto : Tgk Imum sedang menulis beberapa ayat pada sehelai kain putih pada khanduri blang di Gampong Bunien, Kec Simpang Tiga, Kab Pidie

Kenduri yang disertai pembacaan doa-doa ini dilaksanakan dengan tujuan supaya padi petani terbebas dari penyakit dan hama yang membahayakan tanaman. Seluruh masyarakat gampong dan petani serta warga gampong sekitarnya di undang untuk menikmati khanduri secara bersama-sama. Jumlah masyarakat yang di undang sesuai dengan jumlah makanan yang tersediadan pembacaan doa dipimpin oleh pemuka atau Teungku daerah tersebut. Tujuan lain dari Khanduri Blang ialah ingin mewujudkan terbangunnya silaturrahmi yang harmonis antara masyarakat. Barangkali antara masyarakat jarang berjumpa, dengan adanya acara seperti ini masyarakat gampong saling bertegur sapa dan nilai yang terkandung adalah sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas rezki yang telah Allah SWT berikan.

Khanduri Blang dilaksanakan tiga kali sejak mulai dari persiapan turun sawah hingga menjelang panen, Pada saat padi mulai menghijau (Pade Dara) masyarakat kembali melakukan khanduri kedua dan di saat musim panen tiba petani akan mengadakan khanduri ke tiga kalinya. Khanduri Blang biasanya diadakan pada hari senin dan kamis pada bulan muharam.

Salah satu contohnya adalah Khanduri Blang yang di lakukan masyarakat Gampong Bunien, Kecamatan Simpang Tiga. Khanduri Blang kali ini bertepatan dengan Khanduri Blang yang ke dua di saat padi yang telah menhijau (pade dara). Dalam kegiatan tersebut masyarakat Gampong Bunien sangat antusias melaksanakan Khanduri Blang Lhueng Bintang tersebut.

 
Foto : Tgk Imum sedang menulis beberapa ayat pada sehelai kain putih pada khanduri blang di Gampong Bunien, Kec Simpang Tiga, Kab Pidie

Seperti yang sudah di jelaskan dua minggu sebelum hari yang telah di tentukan, masyarakat terlebih dahulu telah di beritahukan oleh Keujruen Blang dan satu hari sebelum Khanduri Blang di laksanakan masyarakat telah mempersiapkan menu masakan yang akan di buat dikarenakan pada kegiatan Khanduri Blang kali ini tidak dilaakukan pemotongan hewan.

Setelah sampai pada hari yang telah di sepakati, baik masyarakat Gampong Bunien maupun warga sekitar berduyun-duyun ke tempat khanduri di adakan di sebuah lokasi yang telah di sepakati bersama terlebih dahulu, yaitu pada sebuah tempat yang dulunya terdapat sebuah masjid tua serta di kelilingi oleh sawah warga.

Pada kegiatan Khanduri Blang tersebut selain menyiapkan menu makanan yang akan di bawa setiap warga yang mempunyai sawah juga wajib menyiapkan dan membawa Oen Sinejuek yang dalamnya terdapat beberapa macam dedaunan, seperti Oen Seunijuek, Oen Manek Manoe, Oen Naleung Samboe, Oen Gaca, Oen Seuke Pulot, Oen Pineung, Oen Rehan, dan Oen Sitawa. Selain itu warga juga harus mempersiapkan timba besar yang nantinya akan digunakan sebagai wadah untuk menaruh air bunga yang nantinya juga akan di peusijuek terlebih dahulu.

 
Foto : Masyarakat Gampong Bunien, Kec Simpang Tiga sedang mengambil ie sineujuek pada acara khanduri blang 

Tepat jam 10 pagi acara Khanduri Blang di laksanakan, Tgk yang memimpin acara langsung memulai membacakan yasin dan zikir yang diikuti oleh semua warga yang hadir. Selama satu jam masyarakat larut dalam doa dan zikir yang di pimpin oleh tgk imum. Setelah kegiatan membaca yasin dan doa bersama selesai selanjutnya di lanjutkan dengan acara makan bersama-sama dan dilanjutkan dengan acara puncaknya yaitu Peusijuek (tepung tawar).

Yang membedakan Khanduri Blang di daerah yang di lalui Lhueng Bintang dengan daerah lain adalah adanya Muqaddam, yaitu membacakan sebuah al-quran yang bentuknya kecil yang di tulis langsung oleh Syech Abdussalam atau yang lebih di kenal dengan lakap Tgk Syik di Waido/Tgk Syik di Pasi pada masa beliau hidup. Selain muqadam pada acara khanduri blang musim panen juga ada di bacakan Serembek yaitu kitab yang berukuran kecil yang di dalamnya terdapat doa dan shalawat.

 
 Foto : Al-Quran yang berbentuk kecil atau yang lebih di kenal dengan Muqaddam, yang di tulis tangan langsung oleh Tgk Syik di Waido

Berlanjut setelah tepung tawar adalah adanya doa-doa yang di tuliskan pada sehelai kain putih lalu di robek menjadi beberapa bagian, selanjutnya kain yang telah di tulis doa tersebut di bagikan kepada masyarakat yang mempunyai sawah dalam Gampong Bunien untuk ditaruh pada pematang sawah bersamaan dengan Ie Sineujuek.

Setelah kain putih tadi di tuliskan doa-doa oleh tgk imum selanjutnya kain putih beserta air bunga yang telah di Peusijuek (tepung tawar) tersebut di berikan kepada warga yang mempunyai sawah untuk ditaruh dan di siram pada pematang sawah sendiri yang sebelumnya telah di lakukan secara simbolis oleh tgk imum yang memimpin acara.

 
Setelah semua kegiatan Khanduri Blang selesai selanjutnya Keujruen Blang memberi sedikit arahan kepada warga yang bahawasanya dalam tiga hari kedepan tidak ada warga yang boleh turun ke sawah,di karenakan telah menjadi peraturan adat dan sebagai hukumannya bila ada warga yang turun ke sawah dalam tiga hari tersebut akan di kucilkan dalam masyarakat.

Itulah sedikit penjelasan dalam kegiatan Khanduri Blang yang di laksanakan di Gampong Bunien,Kecamatan Simpang Tiga,Kabupaten Pidie, Semoga saja kedepannya budaya Khanduri Blang tersebut tetap terjaga kelestariannya agar generasi Pidie selanjutnya masih bisa melihat dan mengenal budaya dan adat yang di warisi oleh indatoe kita terdahulu.(zk)

 
Foto : Al-Quran yang berbentuk kecil atau yang lebih di kenal dengan Muqaddam, yang di tulis tangan langsung oleh Tgk Syik di Waido

0 Response to "Khanduri Blang, Adat Aceh Menjelang Musim Tanam Tiba"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel